Biasanya kalau orang disarankan untuk ber wirausaha
dia selalu bilang: “Gimana mau buka usaha Pak? Modal dari mana?
Aburizal Bakrie tidak punya uang.” Padahal itu tidak benar. Membangun
usaha itu bisa dilakukan tanpa modal atau dengan modal nol. Aburizal
Bakrie sudah berkali-kali membuktikannya.
Saat memberikan kuliah umum kewirausahaan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Aburizal Bakrie menceritakan hal itu. Kepada anak-anak muda ini Aburizal Bakrie katakan bahwa bisnis itu modalnya bukan uang di kantong, tetapi ide. Ide bisnis yang cermerlang dan menarik lah yang menjadi modal utama.
Lalu Aburizal Bakrie mulai bercerita tentang bagaimana Aburizal Bakrie bisa membeli perusahaan untuk memulai usaha dengan uang nol rupiah di kantong. Karena audiensnya mahasiswa pertanian, maka Aburizal Bakrie memberi contoh bagaimana Aburizal Bakrie memulai usaha perkebunan dengan membeli perusahaan perkebunan.
Aburizal Bakrie ingat dulu Aburizal Bakrie ingin sekali memiliki usaha perkebunan. Kebetulan ada perkebunan Belanda NV Hollansch Amerikansse Plantage Matschappij. Perkebunan ini mau dijual dengan harga USD55 juta. Tapi bagaimana cara mendapat uang sebanyak itu, sementara di kantong uang Aburizal Bakrie nol.
Ini tantangan bagi Aburizal Bakrie. Aburizal Bakrie putar otak. Aburizal Bakrie lihat profil perusahaan perkebunan itu, Aburizal Bakrie lihat buku perusahaan, Aburizal Bakrie pelajari baik-baik. Rupanya di dalamnya ada uang cash USD15 juta p. Aburizal Bakrie tanyakan ke orang perusahaan bagaimana jika uang cash itu diambil? Dia menjawab itu uang untuk replanting atau penanaman kembali.
Lalu Aburizal Bakrie tanya kalau penanaman kembali itu ditunda setahun bisa tidak? Dia menjawab bisa. Aburizal Bakrie tanya kembali, kalau ditundanya dua tahun? Dia menjawab bisa juga. Nah berarti ada peluang menggunakan sementara uang itu.
Kemudian Aburizal Bakrie pergi mencari uang untuk memberli perusahaan itu. Aburizal Bakrie menemui Dirut Bank Bumi Daya Pak Omar Abdallah, almarhum. Saat itu Aburizal Bakrie temui dia di London. Aburizal Bakrie katakan padanya bahwa Aburizal Bakrie ingin beli perkebunan USD55 juta.
Kepada Pak Omar Aburizal Bakrie mengatakan: “Pak boleh tidak Aburizal Bakrie meminjam USD13 juta? Aburizal Bakrie cuma mau meminjam satu detik saja.”
Pak Omar tertawa dan mengatakan ini pasti akal-akalan Aburizal Bakrie saja. Lalu dia memberi pinjaman dan harus Aburizal Bakrie kembalikan sesuai janji Aburizal Bakrie.
Padahal Aburizal Bakrie tidak punya uang sepeserpun dan harus membayar pinjaman USD13 juta itu. Lalu uangnya dari mana? Ingat, di perusahaan yang akan Aburizal Bakrie beli itu ada uang USD15 juta. Jadi setelah dapat pinjaman dan perusahaan itu jadi punya Aburizal Bakrie, Aburizal Bakrie ambil USD13 juta dan Aburizal Bakrie kembalikan ke Pak Omar.
Dari pinjam Pak Omar kan USD13 juta, lalu dari mana USD42 juta lainnya? Aburizal Bakrie juga meminjam dari bank. Tapi yang ini Aburizal Bakrie tidak pakai janji mengembalikan cepat, tapi dengan memberi iming-iming imbalan bahwa jika Aburizal Bakrie dipinjami USD42 juta, nanti Aburizal Bakrie akan memberinya keuntungan setahun USD2 juta.
Dari mana uang USD2 juta yang Aburizal Bakrie janjikan? Ingat, perusahaan yang Aburizal Bakrie beli ada uang USD15 juta. Aburizal Bakrie ambil USD13 juta untuk Pak Omar, dan sisanya ada USD2 juta. Nah, makanya Aburizal Bakrie berani menjanjikan keuntungan USD2 juta.
Akhirnya Aburizal Bakrie bisa mendapat pinjaman total USD55 juta dan membeli perusahaan tersebut. Lalu perusahaan ini kami namakan United Sumatra Plantations, dan pada 1991 berubah nama menjadi Bakrie Sumatra Plantations. Ini bukti bahwa dengan modal nol Aburizal Bakrie bisa membeli dan memulai usaha di bidang perkebunan.
Tak hanya itu, saat selesai menghadapi kebangkrutan tahun 1998, Aburizal Bakrie ingin membangun usaha energi, dalam hal ini batubara. Aburizal Bakrie pilih ini karena Aburizal Bakrie yakin ada tiga industri yang tidak akan pernah mati dan prospeknya bagus yaitu makanan, energi, dan air.
Tetapi, kendalanya Aburizal Bakrie tidak memiliki uang untuk membeli perusahaan batubara. Padahal ada yang ingin menjual dengan harga USD700 juta. Aburizal Bakrie harus kembali putar otak untuk bisa membeli perusahaan itu dengan uang nol di kantong.
Akhirnya Aburizal Bakrie beranikan diri bernegosiasi dengan pemilik perusahaan ini. Setelah deal USD 700 juta, lalu Aburizal Bakrie mencari dana untuk membelinya. Aburizal Bakrie pura - pura memiliki uang segitu, padahal di kantong tidak ada.
Aburizal Bakrie mulai dulu dengan mencari USD300 juta. Caranya Aburizal Bakrie panggil calon kontraktor. Aburizal Bakrie tanya, mau tidak jadi kontraktor perusahaan batubara Aburizal Bakrie nanti. Aburizal Bakrie janjikan pembagian keuntungan yang besar. Tapi syaratnya dia harus meminjamkan kepada Aburizal Bakrie uang terlebih dulu. Dia setuju dan meminjamkan USD60 juta. Aburizal Bakrie juga pergi ke calon pemasar dan menjanjikan dia jadi pemasar dengan syarat sama yaitu meminjamkan uang dulu. Aburizal Bakrie datangi beberapa, termasuk Mitsubishi yang akan memasarkan di Jepang. Hasilnya, Aburizal Bakrie bisa mendapatkan uang dengan total USD300 juta dari mereka.
Tapi Aburizal Bakrie masih butuh USD400 juta. Padahal saat itu bank - bank di Indonesia dilarang memberikan kredit pada kami. Lalu Aburizal Bakrie mencari kredit di luar negeri dan akhirnya mendapatkan pinjaman dari bank di Singapura. Dia bersedia memberikan kredit USD400 juta dengan syarat Aburizal Bakrie memberikan keuntungan kepadanya USD20 juta. Oke, walau berat hati tapi tidak apa-apa. Akhirnya Aburizal Bakrie terima dan Aburizal Bakrie bisa membeli perusahaan yang sekarang kita kenal sebagai Kaltim Prima Coal (KPC) itu.
Dari cerita pengalaman Aburizal Bakrie itu di temukan dua hal penting yang patut digarisbawahi dan dijadikan pegangan. Pertama, bisnis itu tidak ditentukan oleh modal atau uang, tetapi oleh ide. Buktinya, dengan modal nol Aburizal Bakrie bisa. Jadi tidak ada lagi alasan tidak mau berusaha karena tidak ada modal. Faktanya, Aburizal Bakrie dengan modal nol bisa.
Yang ke dua, terimalah kerjasama dengan orang, meski kita cuma mendapat sedikit bagi hasil. Jangan buru-buru menginginkan keuntungan besar. Yang penting bisa menemukan orang yang mau bekerjasama dengan kita - pada kasus Aburizal Bakrie, menemukan orang yang mau meminjamkan uang.
Ini penting, karena biasanya orang yang memiliki ide selalu langsung menuntut suatu yang besar. Misalnya ada mahasiswa yang punya ide bisnis, lalu dia pergi ke orang yang punya uang, dan mereka sepakat kerjasama. Tapi pemilik uang mengatakan hanya mau membagi hasil 10 persen ke mahasiswa itu. Kebanyakan orang yang ada di posisi seperti mahasiswa itu akan marah dan tidak setuju. Mereka maunya 50:50. Bagi Aburizal Bakrie, ini sikap atau pemikiran yang salah.
Kenapa salah? Karena dengan menuntut 50 persen, si pemilik uang tidak setuju, maka kerjasama tidak berhasil. Akibatnya, hasilnya nol. Jadi 50 persen kali nol hasilnya adalah nol. Sementara jika mengalah dan mau dengan 10 persen, lalu kemudian ada hasilnya 100, maka dia akan mendapatkan 10 persen dari 100 yaitu 10. Sepuluh ini tentu jauh lebih besar dari nol.
Maka, saat berbisnis atau ber wirausaha jangan pernah menghitung uang di kantong orang lain. Pikir uang di kantong kita sendiri, kantong kita bertambah tidak? Ini penting, karena banyak yang salah di fase ini. Terjebak prosentase besar yang ujungnya hanya menghasilkan nol.
Inilah pelajaran bisnis yang Aburizal Bakrie buktikan dengan pengalaman Aburizal Bakrie sendiri. Tidak hanya teori, tapi sudah Aburizal Bakrie praktekkan dan Aburizal Bakrie buktikan. Jadi, siapa bilang tak bisa memulai bisnis dengan modal nol?
Saat memberikan kuliah umum kewirausahaan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Aburizal Bakrie menceritakan hal itu. Kepada anak-anak muda ini Aburizal Bakrie katakan bahwa bisnis itu modalnya bukan uang di kantong, tetapi ide. Ide bisnis yang cermerlang dan menarik lah yang menjadi modal utama.
Lalu Aburizal Bakrie mulai bercerita tentang bagaimana Aburizal Bakrie bisa membeli perusahaan untuk memulai usaha dengan uang nol rupiah di kantong. Karena audiensnya mahasiswa pertanian, maka Aburizal Bakrie memberi contoh bagaimana Aburizal Bakrie memulai usaha perkebunan dengan membeli perusahaan perkebunan.
Aburizal Bakrie ingat dulu Aburizal Bakrie ingin sekali memiliki usaha perkebunan. Kebetulan ada perkebunan Belanda NV Hollansch Amerikansse Plantage Matschappij. Perkebunan ini mau dijual dengan harga USD55 juta. Tapi bagaimana cara mendapat uang sebanyak itu, sementara di kantong uang Aburizal Bakrie nol.
Ini tantangan bagi Aburizal Bakrie. Aburizal Bakrie putar otak. Aburizal Bakrie lihat profil perusahaan perkebunan itu, Aburizal Bakrie lihat buku perusahaan, Aburizal Bakrie pelajari baik-baik. Rupanya di dalamnya ada uang cash USD15 juta p. Aburizal Bakrie tanyakan ke orang perusahaan bagaimana jika uang cash itu diambil? Dia menjawab itu uang untuk replanting atau penanaman kembali.
Lalu Aburizal Bakrie tanya kalau penanaman kembali itu ditunda setahun bisa tidak? Dia menjawab bisa. Aburizal Bakrie tanya kembali, kalau ditundanya dua tahun? Dia menjawab bisa juga. Nah berarti ada peluang menggunakan sementara uang itu.
Kemudian Aburizal Bakrie pergi mencari uang untuk memberli perusahaan itu. Aburizal Bakrie menemui Dirut Bank Bumi Daya Pak Omar Abdallah, almarhum. Saat itu Aburizal Bakrie temui dia di London. Aburizal Bakrie katakan padanya bahwa Aburizal Bakrie ingin beli perkebunan USD55 juta.
Kepada Pak Omar Aburizal Bakrie mengatakan: “Pak boleh tidak Aburizal Bakrie meminjam USD13 juta? Aburizal Bakrie cuma mau meminjam satu detik saja.”
Pak Omar tertawa dan mengatakan ini pasti akal-akalan Aburizal Bakrie saja. Lalu dia memberi pinjaman dan harus Aburizal Bakrie kembalikan sesuai janji Aburizal Bakrie.
Padahal Aburizal Bakrie tidak punya uang sepeserpun dan harus membayar pinjaman USD13 juta itu. Lalu uangnya dari mana? Ingat, di perusahaan yang akan Aburizal Bakrie beli itu ada uang USD15 juta. Jadi setelah dapat pinjaman dan perusahaan itu jadi punya Aburizal Bakrie, Aburizal Bakrie ambil USD13 juta dan Aburizal Bakrie kembalikan ke Pak Omar.
Dari pinjam Pak Omar kan USD13 juta, lalu dari mana USD42 juta lainnya? Aburizal Bakrie juga meminjam dari bank. Tapi yang ini Aburizal Bakrie tidak pakai janji mengembalikan cepat, tapi dengan memberi iming-iming imbalan bahwa jika Aburizal Bakrie dipinjami USD42 juta, nanti Aburizal Bakrie akan memberinya keuntungan setahun USD2 juta.
Dari mana uang USD2 juta yang Aburizal Bakrie janjikan? Ingat, perusahaan yang Aburizal Bakrie beli ada uang USD15 juta. Aburizal Bakrie ambil USD13 juta untuk Pak Omar, dan sisanya ada USD2 juta. Nah, makanya Aburizal Bakrie berani menjanjikan keuntungan USD2 juta.
Akhirnya Aburizal Bakrie bisa mendapat pinjaman total USD55 juta dan membeli perusahaan tersebut. Lalu perusahaan ini kami namakan United Sumatra Plantations, dan pada 1991 berubah nama menjadi Bakrie Sumatra Plantations. Ini bukti bahwa dengan modal nol Aburizal Bakrie bisa membeli dan memulai usaha di bidang perkebunan.
Tak hanya itu, saat selesai menghadapi kebangkrutan tahun 1998, Aburizal Bakrie ingin membangun usaha energi, dalam hal ini batubara. Aburizal Bakrie pilih ini karena Aburizal Bakrie yakin ada tiga industri yang tidak akan pernah mati dan prospeknya bagus yaitu makanan, energi, dan air.
Tetapi, kendalanya Aburizal Bakrie tidak memiliki uang untuk membeli perusahaan batubara. Padahal ada yang ingin menjual dengan harga USD700 juta. Aburizal Bakrie harus kembali putar otak untuk bisa membeli perusahaan itu dengan uang nol di kantong.
Akhirnya Aburizal Bakrie beranikan diri bernegosiasi dengan pemilik perusahaan ini. Setelah deal USD 700 juta, lalu Aburizal Bakrie mencari dana untuk membelinya. Aburizal Bakrie pura - pura memiliki uang segitu, padahal di kantong tidak ada.
Aburizal Bakrie mulai dulu dengan mencari USD300 juta. Caranya Aburizal Bakrie panggil calon kontraktor. Aburizal Bakrie tanya, mau tidak jadi kontraktor perusahaan batubara Aburizal Bakrie nanti. Aburizal Bakrie janjikan pembagian keuntungan yang besar. Tapi syaratnya dia harus meminjamkan kepada Aburizal Bakrie uang terlebih dulu. Dia setuju dan meminjamkan USD60 juta. Aburizal Bakrie juga pergi ke calon pemasar dan menjanjikan dia jadi pemasar dengan syarat sama yaitu meminjamkan uang dulu. Aburizal Bakrie datangi beberapa, termasuk Mitsubishi yang akan memasarkan di Jepang. Hasilnya, Aburizal Bakrie bisa mendapatkan uang dengan total USD300 juta dari mereka.
Tapi Aburizal Bakrie masih butuh USD400 juta. Padahal saat itu bank - bank di Indonesia dilarang memberikan kredit pada kami. Lalu Aburizal Bakrie mencari kredit di luar negeri dan akhirnya mendapatkan pinjaman dari bank di Singapura. Dia bersedia memberikan kredit USD400 juta dengan syarat Aburizal Bakrie memberikan keuntungan kepadanya USD20 juta. Oke, walau berat hati tapi tidak apa-apa. Akhirnya Aburizal Bakrie terima dan Aburizal Bakrie bisa membeli perusahaan yang sekarang kita kenal sebagai Kaltim Prima Coal (KPC) itu.
Dari cerita pengalaman Aburizal Bakrie itu di temukan dua hal penting yang patut digarisbawahi dan dijadikan pegangan. Pertama, bisnis itu tidak ditentukan oleh modal atau uang, tetapi oleh ide. Buktinya, dengan modal nol Aburizal Bakrie bisa. Jadi tidak ada lagi alasan tidak mau berusaha karena tidak ada modal. Faktanya, Aburizal Bakrie dengan modal nol bisa.
Yang ke dua, terimalah kerjasama dengan orang, meski kita cuma mendapat sedikit bagi hasil. Jangan buru-buru menginginkan keuntungan besar. Yang penting bisa menemukan orang yang mau bekerjasama dengan kita - pada kasus Aburizal Bakrie, menemukan orang yang mau meminjamkan uang.
Ini penting, karena biasanya orang yang memiliki ide selalu langsung menuntut suatu yang besar. Misalnya ada mahasiswa yang punya ide bisnis, lalu dia pergi ke orang yang punya uang, dan mereka sepakat kerjasama. Tapi pemilik uang mengatakan hanya mau membagi hasil 10 persen ke mahasiswa itu. Kebanyakan orang yang ada di posisi seperti mahasiswa itu akan marah dan tidak setuju. Mereka maunya 50:50. Bagi Aburizal Bakrie, ini sikap atau pemikiran yang salah.
Kenapa salah? Karena dengan menuntut 50 persen, si pemilik uang tidak setuju, maka kerjasama tidak berhasil. Akibatnya, hasilnya nol. Jadi 50 persen kali nol hasilnya adalah nol. Sementara jika mengalah dan mau dengan 10 persen, lalu kemudian ada hasilnya 100, maka dia akan mendapatkan 10 persen dari 100 yaitu 10. Sepuluh ini tentu jauh lebih besar dari nol.
Maka, saat berbisnis atau ber wirausaha jangan pernah menghitung uang di kantong orang lain. Pikir uang di kantong kita sendiri, kantong kita bertambah tidak? Ini penting, karena banyak yang salah di fase ini. Terjebak prosentase besar yang ujungnya hanya menghasilkan nol.
Inilah pelajaran bisnis yang Aburizal Bakrie buktikan dengan pengalaman Aburizal Bakrie sendiri. Tidak hanya teori, tapi sudah Aburizal Bakrie praktekkan dan Aburizal Bakrie buktikan. Jadi, siapa bilang tak bisa memulai bisnis dengan modal nol?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar